Sabtu, 09 Juni 2012

Peradaban Islam Abbasiyah


Bab I
Pendahuluan

A.     Latar Belakang
Sejarah kebudayaan merupakan salah satu rentetan kejadian yang sudah menjadi bagian intim dalam setiap peradaban dalam membentuk sebuah pemerintahan dan telah mengakar menjadi pondasi dalam perjalanan perjuangannya. Begitu pula dengan dinasti abbasiyah yang tak kan lepas dari adanya sejarah asal muasal berdirinya krajaan ini, yang terkenal sebagai kerajaan islam terpanjang umurnya dan sukses dalam segala bidang saat masanya berkuasa. Semua itu tidak terlepas dari strategi pemerintahan yang brilian dari para kholifah Bani Abbas yang mampu menjadika kerajaan ini berada ditingkat lebih tinggi dari pada kerajaan yang ada pada masa itu.
Disinilah akan di bahas rentetan sejarahnya dalam mencapai masa kejayaan islam.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah konstribusi masa bani Abbasiyah terhadap terbentuk dan berkembangnya sejarah peradaban islam?
2.      Bagaimanakah keadaan sosial, budaya, politik, dan keagamaan pada masa Abbasiyah?
3.      Apakah komparasi peradaban masa Bani Abbasiyah dengan masa sebelum dan ssesudahnya?

C.     Tujuan
Yaitu untuk mengetahui dan memahami seluk bluk kemajuan dan kekuasaan pemerintahan Dinasti Abbasiyah dilihat dari politik, sosial, budaya pemerintahan, ilmu pengetahuan, perekonomian, dan peradabannya, juga untuk mengetahui apakah perbedaan peradaban Bani Abbasiyah dengan masa sebelum dan sesudahnya dilihat dari berbagai segi
.





Bab II
Pembahasan

A.     Konstribusi Masa Bani Abbasiyah Terhadap Terbentuknya dan Berkembangnya Sejarah Peradaban Islam
Pemerintahan dinasti Abbasiyah berkedudukan di Bagdad, dan erupakan kerajaan yang dinasabkan kepada Abdullah Ash-Shaffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthallib. Dinamakan khilafah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad SAW.Kerajaan ini terdiri atas 37 Raja yang susul-menyusul. Pada masa ini, islam mempunyai puncak kejayaannya di segala bidang kehidupan, dan merupakan satu kerajaan islam yang panjang umurnya. Selam dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. Berdasarkan pola perubahan pemerintahan dan politik itu, para sejarawan membagi masa pemerintahan bani Abbas menjadi lima periode[1]:
1.      Periode pertama (132 H/750 M - 232 H/847 M), disebut periode penagruh rusia pertama
2.      Periode kedua (232 H/847 M – 334 H/847 M), disebut masa pengaruh turki pertama
3.      Periode ketiga (334 H/945 M– 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua
4.      Periode keempat (447 H/1055 M – 590 H/1194 M), masa kekuasaan dinasti Bani Saljuk dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah. Biasanya disebut juga dengan masa pengaruh turki kedua
5.      Periode kelima (590 H/1194 M – 656 H/1250 M), masa khalifah bebas dari pengaruh Dinasti lain, tetapi kekuasaanya hanya efektif disekitar kota Bagdad.

Kerajaan Abbasiyah ini pada mulanya berkedudukan di Irak, supaya dekat dengan Iran (Persia)yang berjasa dalam mendirikan kerajaan ini.Kerajaan ini gabungan antara golongan Arab, terutama golongan Persia.Pada mulanya Kufah adalah ibukotanya.Setelah itu dipindah ke Al- Hasymiyah. Dengan datangnya Abu Ja’far Al-mansur (136 – 158 H/754 – 775 M) sebagai kholifah kedua, didirikannyalah kota Baghdad (145 H) yang [i]pada mulanya diberi nama “Darus Salam” (Kota Damai), tetapi kemudian di ubah dengan nama Persinya yaitu Baghdad (Hadiah Allah). Denagn demikian, pusat pemerintahan dinasti Bani Abbasiyah berada di tengah-tengah bangsa Persia. Di ibukota yang baru ini Al-Mansur melakukan konsolidasi dan penertiban pemerintahannya diantaranya :
a.       Dia mengangkat sejumlah personal untuk menduduki jabatan di lembaga eksekutif dan yudikatif.
b.      Di bidang pemerintahan, dia menciptakan tradisi baru dengan mengangkat wazirsebagai koordinator departemen. [2]Dengan wazir pertama adalah Khalid bin Barmak.
c.       Dia yang membentuk lembaga protocol Negara, sekretaris Negara, dan kepolisian Negara serta membenahi angkatan bersenjata.
d.      Mengangkat Muhammad ibn Abd. Al-Rahman sebagai Hakim Negara.
e.       Jawatan pos tidak hanya ditugaskan sebagai pengantar surat tapi juga menghimpun saluran informasi di daerah-daerah.

Selain itu kholifah Al-Mansur berusaha menaklukkan kembali daerah-daerah ang sebelumnay membebaskan diri dari pemerintah pusat dan menetapkan keamanan di daerah pusat. Diantara usaha-usahanya :
a.       Membuat bebteng-benteng di Asia, Malatia, wilayah Coppadocia dan Cicilin (756-758M)
b.      Berdadmai dengan kaisar Constatine V. dan selama genjatan senjata (758-765M). Bizantin juga membayar upeti tahunan. Pasukannya juga berhadapan dengan pasukan Turki Khazar di Kaukasus, Daylami di laut Kaspia, Turki, dan lain-lain[3].

Setelah ibukota dipindahkan ke Baghdad, kemajuan ilmiah berambah meningkat sampai Baghdad pun menjadi ibukota Ilmiah.Menurut riwayat buku-buku yang dipindahkan ke Baghdad yang masih berupa naskah-naskah tulisan tangan, sejumlah pikulan 100 unta.Diantara syarat perjanjian antara Mansur II dan Michel, terdapat satu ayat “Agar diberikan kepada Mansur salah satu dari perpustakaan Istambul.Yang terdapat di dalamnya buku-buku penting karangan Ptolemee (167) di dekat Alexandria. Buku-buku ini segera disalin ke dalam bahasa Arab dan dikenal dengan nama “Al-Magesti”. Oleh karena itu Al-Mansur dapat dianggap seorang penguasa islam yang pertama yang mendorong penerjemahan buku-buku asing dalam bermacam ragam judul ke dalam Bahasa Arab.
Pada abad X disebut abad pembangunan Daulah Islamiyah, mulai dari Cordove di Spanyol sampai ke Multan di Pakistan, mengalami pembangunan di segala bidang, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Dunia islam pada waktu itu dalam keadaan maju, jaya, makmur, sebaliknya dunia barat masih dalam keadaan gelap, bodoh, primitive. Dunia Islam sudah sibuk mengadakan penyelidikan di Laboraturium dan Obsservatium.Dunia barat masih asyik dengan jampi-jampi dan dewa.Hal ini disebabkan agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW telah menimbulkan dorongan untuk menumbuhkan suatu kebudayaan Islam.Dorongan itulah mula-mula menggerakkan terciptanya ilmu-ilmu Pengetahuan dalam lapangan Agama (Ilmu Naqli). Dorongan dari agam ditambah dari pembendaharaan yunani yang menimbulkan dorongan untuk munculnya berbagai ilmu pengetahuan dibidang akal (Ilmu Aqli)[4]
Pada permulaan abad ke XI- dimasa kejayaan Islam di Andalusia, diundang sekitar 900 dokter yang belum terkenal tetapi telah menempuh ujian Fakultas; dimasa Al-Muqtadir Billah (1057-1094) untuk di uji. Para dokter dimasa itu diharuskan menambah ilmu-ilmu lain diluar bidang kedokteran, seperti filsafat, teknik, falak, dan kimia, disamping harus mengadakan riset dan mengarang buku mengenai ilmu-ilmu tersebut. Seperti Prof. R.A. Nicholson (1863-1945) dalam bukunya “History of The Arab” menulis : luasnya daerah kekuasaan Negara Abbasiyah.
Kerajaan Abbasiyah pertama memang banyak menumpahkan perhatian kepada ilmu-ilmu Agama.Dan pada masa itulah muncullah para ahli dialetika. Berkat ilmu dialetika, para ulama’ pun bergairah untuk memperdebatkan bermacam-macam agama, seperti manusia yang membicarakan soal “Penciptaan Al-Qur’an”, Apakah Qur’an ini hadis atau Qadim, dan sebagainya.
Pada umumnya masa kerajaan Abbasiyah merupakan masa kemajuan ilmu tidak terbatas dan dalam segala cabang ilmu pengetahuan, baik ilmu-ilmu agama maupun ilmu dunia lainnya, seperti ilmu filsafat, ilmu music, ukir –mengukir, kedokteran, matematika dan lain sebagainya. Pada masa itu pula, muncullah ulama-ulama terkenal dalam ilmu-ilmu tertentu, seperti ilmu qira’ah, Ilmu pembaca’an alqurran  dan lain-lain. Diantara yang pertama sekali mengecam cara pembaca’an Qura’an ialah Harun bin Musa Al Basri “ asal Yahudi, Meninggal antara tahun (170-180 H).  sekalipun bekas seorang hamba sahaya, tetapi kecerdasannya menjadikan harun seorang ahli didalam  ilmu Qira’ah sehingga berani mengkritik pembacaan-pembacaan para ahli terdahulu, kemajuan ilmu tersebut mengakibatkan semakin jayanya pemerintahan  Dinasti Abbasiyah.
Namun walaupun dasar-dasar pemerintahan Daulah Abbasiyah diletakkan dan dibangun oleh Abu Al Abbas  dan Abu Jakfar Almansur, tetapi puncak keemasan Dinasti Abbasiyah juga berada pada 7 khalifah sesudahnya yaitu:
1.      Abu Abdullah Muhammad Al-Mahdi (775-785 M)
2.      Abu Muhammad Musa Al-Hadi (785-786 M)
3.      Abu Jakfar Harun Ar-Rasyid (786-809 M)
4.      Abu Jakfar Abdullah Al-Ma’mun (813-833 M)
5.      Abu Ishaq Muhammad Al-Mu’tashim (833-842 M)
6.      Abu Ja’far Harun Al-Watsiq (842-847 M)
7.      Abu Fadil Harun Al-Mutawakkil (847-861 M)




Pada masa  Al-mahdi, perekonomian mulai meningkat dengan peningkatan disektor pertanian melalui irigasi dan peningkatan hasil pertambangan seperti perak, emas, tembaga, dan besi. Terkecuali itu dagang transit antara timur dan barat juga banyak membawa kekayaan. Basrah menjadi pelabuhan yang penting waktu itu, sama halnya pada sa’at masa Al-Hadi.
Sedangkan popularitas daulat Abbasiyah yang mencapai puncaknya ialah di zaman Kholifah harun Al-Rasyid  dan putranya, Kholifah Al-Ma’mun. Ketika Ar-Rasyid memerintah, Negara dalam keada’an makmur, kekaya’an melimpah, keamanan terjamin walaupun ada juga pemberontakan, dan luas wilayahnya mulai Afrika Utara higga ke india. Kekaya’an yang banyak dimanfa’atkan olh Harun Al-Rasyid untuk keperluan sosial, Seperti rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan mendirikan  karmasi. Pada masanya sudah terdapat paling tidak sekitar 800 orang dokter.Disamping itu, pemandian-pemadian umum juga dibangun.Bukan hanya tingkat kekayaan dan kemakmuran yang tinggi terwujud pada zaman khalifah ini. Namun kesejahteraan sosial, kehatan, pendidikan, ilmu pengtahuan , dan kebudayaan serta kesusastraan berada pada zaman ke emasannya. Pada amasa inilah kerajaan islam menempatkan dirinya sebagai Negara terkuat dan tak tertandingi. Pada maa ini pula pengetahuan agama berkembang, seperti ilmu Al-Qur’an, Qira’at, hadis, fiqh, ilmu kalam, bahasa dan sastra.Empat Madzhab fiqh tumbuh dan berkembang pada masa Abbasiyah. Imam Abu Hanifah (Wafat di Baghdad 150 H/677 M). Imam Malik bin Anas (wafat di Madinah 179 H/795 M), Muhammad bin Idris Ash-Syafi’i (wafat di Mesir 204 H/819 M), dan Ahmad bin Hambal (wafat 241 H/885 M). disampung itu berkembang pula ilmu filsafat, logika, matematika, metafisika, ilmu alam, geografi, aljabar, aritmatika, mekanika, astronomi, musik, kedokteran, dan kimia. Sedangkan ilmu-ilmu umum masuk ke dalam islam melalui terjemahan bahasa yunani dan Persia ke dalam bahasa Arab, disamping bahasa india.
Selain itu masa Harun Ar-Rasyid ini telah mampu membuktikan kecerdasan kaum muslimin yang telah sanggup membuat jam yang di hadiahkannya kepada “Charle Magne” (747-814) sebagai tanda kecerdasan kaum muslimin. Maka disinilah kita tonjolkan beberapa nama perintis ilmu pengetahuan yang telah menyadarkan barat akan keahlian islam sehingga buku karangan-karangan orang muslim di pakai di Universitas-universitas Eropa selama bertahun-tahun. Tidak ada hal yang dapat menyamahi dalam hal keleluasan wilayah yang diperintah Al-Rasyid, kekuatan pemerintahannya serta ketinggian kebudaya’an dan peradaban yabg berkembang di negaranya.Karena Harun Al-Rasyid berada pada tingkat yang lebih tinggi peradabannya dan lebih besar kekuasa’annya jika dibandingkan dengan Karel Agung di Eropa.Bagdad sebagai ibukota abbasiyah tidak ada bandingannya ketika itu, walau denga dengan Konstantinopel ibukata bizantum sekalipun.  Karna sejak awal berdirinya kota Bagdad  sudah menjadi pusat peradaban dan kebangkitan ilmu pengetahuan dalam islam. Itulah sebabnya “ philp K. Hitti” menyabutnya sebagai kota intelektual, menurutnya bagdad merupakan propesor masyarakat Islam[5].
Pada masa pemerintahan Al-Makmunn yang merupakan pengganti Al-Rasyid, dikenal sebagai kholifah yang sangat cinta kepada ilmu.Pada masanya, penerjemahan buku2 asing digalakkan.Untuk menerjemahkan buku yunani, Karena pada saaat itu pengaruh yunani sangat kuat.Ia menggaji penerjemah-penerjemah dari golongan Kristen dan penganut agama alin yang ahli. Diantara para penerjemah yang mashur saat itu adalah Hunain bin Ishaq (seorang Kristen Nestorian yang banyak menerjemahkan buku-buku bahasa yunani ke bahasa arab. Seperti kitab republic dari Plato, dan kitab Katagori, Metafisika, Magna Moralia dari Aristoteles[6].Ia juga banyak mendirikan sekolah, salah satu karya besarnya yang terpenting adalah pembangunan “Bait Al-Hikam”, pusat penerjemah yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan besar. Pada masa Al-Ma’mun inilah Baghdad mulai menjadi pusat kebudayaan ilmu pengetahuan[7].
Sedangkan pada masa Al-Mu’tashim, khalifah berikutnya (833-842 M), memberi peluang besar kepada orang-orang Turki untuk masuk dalam pemerintahan, keterlibatan mereka dimulai sebagai tentara pengawal, dinasti Abbasiyah mengadakan perubahan sistemketentaraan. Praktek orang-orang muslim mengikuti perang sudah berhenti. Tentara dibina secara khusus menjadi prajurit-prajurit professional.Dengan demikan, kekuatan militer dinasti Abbasiyah menjadi sangat kuat. Namun, kemajuan tersebut paling tidak ditentukan oleh dua hal yaitu :
1.      Terjadinya asimilasi antara bangsa arab dan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan ilmu pengetahuan dalam islam. Penagruh Persia, ialah dibidang pemerintahan, banyak bekerjasama dalam perkembangan ilmu, filsafat dan sastra. Sedangkan penagruh India terlihat dalam bidang kedokteran, ilmu matematika, dan astronomi. Dan pengaruh yunani masuk melalui terjemahan-terjemahan di berbagai ilmu, terutama filsafat.
2.      Gerakan penerjemah berlangsung dalam tiga fase.
Fase Pertama,pada masa khalifah Al-Mansur hingga Harun Al-Rasyid. Pada fase ini yang banyak diterjemahkan adalah karya-karya dalam bidang astronomi.
Fase Kedua, berlangsung mulai masa Khalifah Al-Makmun-300 h. buku yang banyak diterjemahkan adalah dalam bidang filsafat dan kedokteran.
Fase Ketiga, berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan krtas, selanjutnay bidang-bidang ilmu yang diterjemahkan semakin meluas.[8]
Itulah sejarah perjalanan masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah yang tercatat menjadi masa keemasan islam, karena pada masa inilah merupakan masa kebangkitan pikiran, diaman islam dating menghembuskan semangat hingga bangkitlah Persia, Turki, Tartar, Hindia, Bahkan penduduk Cian dan jepang turut bangkit kebudayaannya di masa Daulah Abbasiyah.

B.     Keadaan Sosial, Budaya, dan keagamaan Bani Abbasiyah
a.      Keadaan Budaya Politik
Pada periode pertama pemerintahan bani Abbasiyah mencapai keemasannya, para khalifah benar-benar tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik. Adapun politik yang dijalankan oleh Daulah Abbasiyah I antara lain :
1.      Kekuasaan sepenuhnya dipegang oleh khalifah yang mempertahankan keturunan arab murnidibantu oleh Wazir, Menteri, Gubernur, dan Para Panglima beserta pegawai-pegawai yang berasal dari berbagai bangsa. Dan pada masa ini yang banyak diangkat dari golongan Malawi turunan Persia.
2.      Kota Baghdad sebagai Ibukota Negara, menjadi pusat kegiatan politik, sosial, dan kebudayaan. Di jadiakn Kota Internasional yang terbuka untuk segala bangsa dan keyakinan sehingga terkumpullah disana bangsa-bangsa Arab, Turki, Persia, Romawi, Qibthi, Hindi, Barbari, Kurdi, Dan sebagainya
3.      Ilmu pengetahuan dipandang sebagai sesuatu yang sangat penting dan mulia. Para Kholifah dan para pembesar lainnya membuka kemungkinan seluas-luasnya untuk kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Para kahalifah sendiri pada umumnya adalah ulama’ yang mencintai ilmu, menghormayi sarjana, dan memuliakan pujangga.
4.      Kebebasan berfikir diakui sepenuhnya. Pada waktu itu akal dan pikiran dibebaskan benar-benar dari belenggu taklid. Kondisi yang menyebabkan orang sangat leluasa mengeluarkan pendapat dalam segala bidang, termasuk bidang Aqidah, filsafat, Ibaddah, dan sebagainya.
5.      Para menetri turunan Persia diberi hak yang penuh dalam menjalankan pemerintahan, sehingga mereka memegang peranan penting dalam membina tamadun Islam. Mereka mencintai ilmu dan mengorbankan kekayaan untuk memajukan kecerdasan rakyat dan meningkatkan ilmu pengetahuan, sehingga karenanyalah banyak turunan Malawy yang memberikan tenaga dan jasanya untuk kemajuan Islam.

Demikianlah kemajuan politik dan kebudayaan yang pernah dicapai oleh pemerintahan Islam pada masa klasik.Kemajuan yang tidak ada tandingannya dikala itu.Pada masa ini kemajuan politik berjalan seiring dengan kemajuan peradaban dan kebudayaan, sehingga Islam mencapai masa keemasan, kejayaan, dan kegemilangan.Terutama pada masa Bani Abbasiyah periode pertama.Namun sayang setelah periode ini berakhir, Islam mengalami kemunduran.

b.      Keadan Budaya Pada Masa Dinasti Abbasiyah
Dalam Negara Islam pada masa Daulah Abbasiyah, berkembang bermacam corak kebudayaan yang berasal dari beberapa bangsa. Hal ini disebabkan :
·         Warga Negara terdiri dari berbagai unsur bangsa
·         Pergaulan yang intim dan kawin campuran
·         Berbagai bangsa memeluk agama islam, dan
·         Meningkatnya kemajuan yang membutuhkan ilmu pengetahuan luas.


c.       Keadan Kehidupan Sosial Pada masa Dinasti Abbasiyah
Kehidupan sosial, yaitu susunan masyarakat, kehidupan keluarga, kehidupan pribadi, adat kebiasaan, dan sebagainya. Menurut “Jarji Zaidan”, bahwa masyarakat dimasa Daulah Abbasiyah terbagi dalam dua kelas, yaitu kelas khusus dan kelas umum.
Kelas khusus terdiri dari kholifah, ahli familikhalifah (Bani Hasyim), para pembesar Negara (menteri, gubernur, panglma, dan sebagainya), kaum bangsawan yang bukan bani Hasyim (Quraisy pada umumnya), dan para petugas khusus (anggota Tentara,  pembantu-pembantu Istana)
Kelas umum terdiri dari : para seniman, para Ulama’, Fuuqoha’, Pujangga, para saudagar, Pengusaha, dan Para Tukang (Industrialis), dan petani.

d.      Keagamaan Pada masa Bani Abbasiyah
Pada masa Bani Abbasiyah, tepatnya pada masa Al-Mansur, muncul gerakan aliran Agama.Tapi di dalamnya bermotif politik.yang ditimbulkan oleh golongan Malawy dan berbagai turunan, terutama Persia. Yaitu :
1.      Ar-Rawandiyah
Gerakan ini timbul dari orang-orang Persia, pemimpin mereka mengatakan bahwa “Ruh Isa” telah menjelma dalam tubuh Ali dan setelah meninggal, Ali berpindah dalam tubuh turunannya, hingga sampai pada Ibrahim bin Muhammad. Dan dikatakan bahwa yang telah kemasukan ruh Isa adalah “Tuhan”.
2.      Al-Muqanna’iyah
Pada zaman Khalifah Al-Mahdi mucul tokoh Al-Muqanna.Dia memprogandakan dirinya “Tuhan”.Dia membatalkan puasa, shalat, zakat, dan haji, dan sebaliknya.Dia menjadikan harta dan wanita milik bersama.
3.      Al-Khurramiyah
Salah satu dari turunan Abi Muslim al-Khurasani ( Babak al-Khurrami) mengatakan dirinya sebagai “Tuhan”. Tujuannya ingin merusak islam, sedangkan tujuan politiknya ingin memindahkan kerajaan dari Arab Muslim ke Persia Majusi dengan cara merobohkan Daulah Abbasiyah. Gerakan ini muncul pada masa kholifah Al-Mu’tashim.
4.      Az-Zanadiqah
Pembangunan gerakan ini adalah kaum Mawaly (Persia).Ajaran mereka menagnut “demokrasi Salah” yaitu menghalalkan barang-barang larangan, elecehkan adab sopan santun masyarakat dan membuat kehidupan sosial dalam keadaan bahaya.

C.     Komparasi Masa Sebelum Bani Abbasiyah dan Sesudahnya
Penggantian Umayyah oleh Abbasiyah di dalam kepemimpinan masyarakat Islam lebih dari sekedar penggantian dinasti.Ia merupakan revolusi dalam sejarah islam, suatu titik balik, yang pentingnya dengan revolusi Prancis, dan revolusi Rusia dalam sejarah barat[9].

Adapun perbedaan-perbedaan antara Daulah Abbasiyah, dan Daulah Umayyah yaitu:
1.      Dengan berpindahnya Ibu Kota  ke Baghdad, pemerintahan Bani Abbasiyah menjadi jauh dari pengaruh arab, sedangkan dinasti Bani Umayyah sangat berorientasi kepada Arab. Dan pengaruh kebudayaan Bani Abbasiyah pada periode pertama dan ketiga adalah Persia dan kedua yaitu pengaruh bangsa Turki
2.      Dalam penyelenggaraan Negara, pada masa Bani Abbasiyah ada jabatan Wazir yang membawahi kepala-kepala departemen. Jabatan ini tidak ada pada masa Bani Umayyah
3.      Ketentaraan professional terbentuk pada masa Bani Abbas, sedangkan sebelumya, belum ad atentara khusus yang professional
4.      Kerajaan Abbasiyah berdasarkan kekuasaan yang diperoleh denagn kesatuan yang dapat menghadapi perpecahan yang timbul, sedangkan kerajaan  Bani Umayyah didirikan atas dasar satu kekuatan yang mengambil alih kekuasaan dengan menggunakan politik dasar satu kekuatan yang mengambil alih kekuasaan dengan menggunakan politik yang telah memecah belah kesatuan ummat
5.      Abbasiyah berdasarkan kekholifahan pada keluarga Nabi, sedangkan Umayyah bukan.[10]

Sedangkan letak perbedaan pokok antara Dinasti Abbasiyah dan dinasti Umayyah ialah pada periode Abbasiyah lebih menekankan pada pembinaan peradaban dan kebudayan islam tumbuh dan erkembang pada masa Abbasiyah.


D.     Catatan Kritis
Setelah kami tulis dan pahami sejarah pemerintahan Dinasti Abbasiyah ini.Kami tarik kesimpulan bahwasanya pantas jika Dinasti Abbasiyah sukses dan maju dalam segala bidang.Karena memang strategi penataannya sangat sempurna dalam segala sisi, entah itu dari pemerintah, politik, perekonomian, sosial, kebudayaan, ilmu penegtahuan, dan lain sebagainya, sehingga membuat Dinasti Abbasiyah mampu mengalahkan pemerintahan Dinasti Umayyah dan kerajaan-kerajaan kecil yang ada pada masa itu.Dan mampu menjadkan Dinasti Abbasiyah sebagai kerajaan Islam yang panjang umurnya.




Bab III
Penutup/Simpulan

Disini jelaslah bahwa pada masa Dinasti Abbasyah mencapai popularitas luar biasa dalam berbagai bidang yang menempatkannegara islam pada posisi terkuat pada masa itu, yaitu dibuktikan denagn berkembang pesatnya ilmu penegtahuan agama maupun umum yang dirintis oleh khalifah masa itu. Suksesnya politik dan perekonomian serta penertiban pemerintahan mengantarkan kemakmuran dan kekayaan yang melimpah.Sehingga tak khayal jika Dinasti ini berada ditingkat lebih tinggi dari Karel Agung di Eropa.Bahakn Umayyah sekalipun jika dilihat dari kekuatan pemerintahannya, ketinggian kebudayaannya, peradabannya, dan kekuasaan sehingga menjadikan kerajaan Islam yang terpanjang umurnya. Jadi tak hayal pula jika Philip K. Hitti, kota Baghdad di katakana sebagai kota Intelektual jika melihat kemajuan yang begitu pesat dalam ilmu pengetahuan masa itu.
Jadi jelaslah bahwa Bani Abbasiyah yang lama memimpin pemerintahan disbanding Bani Mu’awwiyah.





Daftar Pustaka


ü  Hasjmy, A. 1993. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta:Pt. Bulan Bintang
ü  Fachruddin, Fuad Mohd. 1985. Perkembangan Kebudayaan Islam. Jakarta: Pt Bulan Bintang
ü  Yatim, Badri. 1993. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
ü  Sunarto, Y Musrifah. 2003. Sejarah Islam Klasik. Jakarta Timur: PT. Prenada Media
ü  Mahmudunnasir,Syes. 1994. Islam Konsepsi dan sejarahnya. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya


[1] W. Montgomery Watt, op.cit., hlm. 28
[2] Harun Nasution, op. cit., hlm. 67
[3] Carl Brockelmann, History of the Islamic People, (London; Routledge & Kegan Paul, 1982), hlm. 111
[4] Oemar Amien Hoesen, Kultur Islam, (Jakarta : Bulan bintang, 1964), hlm. 24
[5] Philip K. Hitti, The Arab A Short History
[6] Dr. Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab. Hlm. 103
[7] Ali Mustafa Al-Guraby, op, cit., hlm. 132
[8] Dr. Badri yatim, MA; Sejarah Peradaba Islam, Jakarta ; Raja Grafindo Persada. 1988 hlm 55-56
[9] Syed Mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1994, hlm 246
[10] Ahmad Amin, Dhuha al-Islam, (Kairo : Maktabah al-Nahdah, 19727), Jilid I, hlm. 290



Tidak ada komentar:

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Fahrabi - Premium Blogger Themes | Grants For Single Moms