Rabu, 04 April 2012

MALIN kUNDANG


MALIN KUNDANG ANAK DURHAKA
Cerita dari sumatra Barat

Dahulu kala di Pdang Sumatra Barat tepatnya diperkampungan pantai Air Manis ada seorang bernama Mande Rubayah. Ia mempunyai seorang anak-anak laki-laki bernama Malin Kundang. Ia sangat disayangi oleh ibunya, karena sejak kecil ia ditinggal mati oleh ayahandanya.
Malin dan ibunya tinggal diperkampungan nelayan. Ibunya sudah tua hanya sebagai penjual kue. Pada suatu hari Malin jatuh sakit. Tubuhnya mendadak sangat panas sekali. Mande Tubiyah tentu saja sangat bingung. Dalam persaannya sang berkata sejak    dulu ia tidak pernah jatuh sakit seperti ini.. Mande Rubayah berusaha sekuatnya untuk mengobati Malin dengan mendatangkan Tabib.
sang ibundanya. Setelah sembuh dari sakitnya ia semakin disayang. Demikianlah Mande Rubayah sangat  menyayangi anaknya. Sebaliknya Malin juga sangat sayang kepada sang ibundanya.
Ketika sudah dewasa, Malin berpamit kepada ibundanya untuk merantau. Pada saat itu memang ada kapal besar merapat di Pantai air Manis.
Seraya ia berkata Bu…! Ini kesempatan yang paling baik bagi saya” kata Malin. Belum setahun sekali saja kapal besar merapat di pantai ini. Saya berjanji akan merubah nasib sehingga menjadi orangn kaya raya.
Meski dengan berat hati ahirnya sang ibunda mengijinkan sang anak pergi meninggalkan nya.Malin dibekali nasi dengan berbungkus daun pisang sebanyak tujuh bungkus.
Hari-hari berlalu terasa lambat bagi Mande Rubayah, setiap pagi dan sore ia memandang ke laut. Ia bertanya-tanya dalam hati, sampai manakah anaknya kini ? Jika ada ombak besar menghampas ke pantai, dadanya berdebar-debar. Ia mengadahkan kedua tangannya ke atas sambil berdo’a, agar anaknya selamat dalam pelayaran. Jika ada kapal merapat ia selalu menanyakan kabar tentang anaknya. Tetapi semua awak kapal tidak pernah memberikan jawaban yang memuaskan. Malin tidak pernah menitipkan barang apapun kepada ibunya.
Itulah yang dilakukan Made Rubayah setiap hari selama bertahun-tahun. Tubuhnya semakin tua dimakan usia. Jika berjalan ia mulai terbungkuk-bungkuk.
Pada suatu hari Mande Rubayah mendapat kabar dari nakhoda yang dulu membawa Malin, Bahwa Malin sekarang telah menikah dengan seorang gadis cantik putri seorang bangsawan kaya. Ia turut gembira mendengar kabar itu. Ia selalu berdo’a agar anaknya selamat dan segera kembali kepangkuannya.
“ Ibu sudah tua Malin, kapan    kau pulang…? Rintih Mande Rubayah tiap malam.
Namun hingga berbulan-bulan sejak ia menerima kabar, Malin belum juga datang menjenguknya, namun ia yakin bahwa pada suatu saat Malin pasti kembali.
Harapannya terkabul, pada suatu yang cerah tampak dari kejauhan sebuah kapal yang indah menuju pantai. Kapal itu megah dan bertingkat-tingkat. Orang kampung mengira kapal itu milik seorang sultan atau seorang pengeran. Mereka menyambutnya dengan gembira.
Ketika kapal itu mulai merapat, tampat seorang muda-mudi berdiri di anjungan Pakaian mereka berkilauan terkena sinar matahari. Wajah mereka cerah dihiasi senyum. Mereka nampak bahagia karena disambut dengan meriah.
Mande Rubayah ikut berdesakan melihat dan mendekati kapal. Jantungnya berdebar-debar keras. Ia sangat yakin sekali bahwa lelaki muda itu adalah anak kesangannya, si Malin Kundang.
Belum lagi tetua desa menyambut, ibu Malin terlebih dahulu menghampiri Malin. Ia langsung memeluk Malin erat-erat. Seolah ia takut kehilangan lagi sang anak yang angat dicintai itu.
Ia Berkata ; Malin, anakku, “ katanya menahan isak tangis karena gembira. “ Mengapa begitu lamanya kau tidak memberi kabar..?
Malin terpana karena dipeluk wanita tua renta yang berpakaian compang camping itu. Ia tidak percaya bahwa wanitu adalah Ibunya. Seingat Malin, ibunya adalah seorang wanita berbadan tegar yang kuat menggendongnya kemana saja. Sebelum ia sempat berpikir dengan tenang, istrinya yang cantik meludah sambil berkata ; Cuih !Wanita buruk inikah ibumu ..? mengapa kau membohongi aku..? Lalu ia meludah lagi.” Bukankah dulu kau katakan ibumu adalah seorang bangsawan sederajat dengan kami..? “
Mendengar kata-kata istrinya Malin mendorong wanita itu hingga terguling ke pasir. Mande Rubayah hampir tidak percaya ada perlakuan anaknya, ia jatuh terduduk sambil berkata, Malin, Malin anakku, aku ini ibumu, Nak !”
Malin tidak menghiraukan perkataan abunya. Pikirannya kacau karena ucapan istrinya. Seandainay wanita itu benar ibunya, dia tidak akan mengakuinya. Ia malu kepada istrinya. Melihat itu beringsut hendak memeluk kakinya. Malin memandangnya sambil berkata, “ Hai, Perempuan tua ! Ibuku tidak seperti engkau ! Melarat dan dekil !”
Wanita tua itu terkapar di pasir. Orang banyak terpana dan kemudian pulang ke rumah masing-masing.Tak disangka Malin yang dulu sangat menyayangi tega berbuat demikian. Mande Rubayah pingsan dan terbaring sendiri, ketika sadar, Pantai Air Manis sudah sepi. Dilaut dilihatnya kapal Malin semakin menjauh. Hatinya perih seperti ditusuk-tusuk. Tangannya ditadahkannya ke langit. Ia kemudian berseru dengan hatinya yang pilu, “ Yaa, Allah Yang Maha Kuasa, kalau memang ia benar anakku, Malin  Kundang aku mohon keadilan-Mu, ya ..Tuhan..!”
Tidak lama kemudian yang tadinya cuaca cerah, mendadak berubah menjadi gelap. Hujan tiba-tiba turun dengan teramat lebatnya. Entah bagaimana awalnya tiba-t   
 
Iba datang badai besar. Menghantam kapal Malin Kundang. Disusul sambaran petir yang menggelegar. Seketika kapal itu hancur berkeping-keping. Kemudian terhempas ombak hinngga ke pantai.
Ketika matahari pagi memancarkan sinarnya, badai telah reda. Dikaki bukit terlihat kapal yang telah menjadi batu. Itulah kapal Malin Kundang.Tak jauh dari tempat itu nampak sebongkah batu yang menyerupai tubuh manusia. Konon itulah tubuh Malin Kundang anak durhaka yang kena kutuk ibunya menjadi batu. Disela-sela batu berenang iakan-ikan teri, ikan belanak dan istri yang terus mencari Malin Kundang.
Demikianlah sampai sekarang, jika ada ombak besar menghantam batu-batu yang besar mirip kapal dan manusia. Sungguh memilukan kedengarannya. Kadang-kadang bunyinya seperti orang meratap menyesali diri. Ampunnnnn.. Bu..! berkali-kali. Konon itulah suara si Malin Kundang.
Arti dan manfaat dari cerita ini adalah bahwa ; orang yang durhaka kepada orangtuanya-terutama kepada ibunya, orang tersebut tidak bisa masuk surga, kecuali setelah mendapat pengampunan dari ibunya.

Tidak ada komentar:

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Fahrabi - Premium Blogger Themes | Grants For Single Moms